Sunday, July 26, 2009

Sang Waktu

Sang Waktu dengan kejam berlalu meninggalkanku sendiri, menua, dan merana. Sang Waktu dengan kejam menghempaskan aku pada kenyataan yang tak kumengerti, tak kupahami, tapi tetap juga harus kuhadapi.
Aku menangis, meraung, memelas, tapi Sang Waktu tak juga peduli. Dia tetap berlalu. Terus berlalu. Meninggalkan jejak kenangan yang kadang manis, sangat manis, tapi terkadang teramat pahit dan terus kutangisi.
Dulu aku sangat bahagia. Teramat bahagia sampai tak kumengerti lagi arti bahagia yang seutuhnya. Dan Sang Waktu perlahan tapi pasti memutar roda kehidupanku menjadi sangat pahit dan penuh derita hingga tak kumengerti arti derita yang sebenarnya.
Aku berlari. Terus berlari mengejar Sang Waktu. Tapi akhirnya aku tersesat entah di mana. Aku terperosok jauh ke dalam jurang kehidupan. Gelap. Semuanya gelap. Akhirnya tak bisa kumengerti siapa diriku sesungguhnya.
Aku bukan diriku yang dulu. Kebenaran itu tak terbantahkan. Aku sudah teramat jauh berbeda. Aku sudah terlalu asing untuk diriku sendiri. Tubuh yang sama dengan jiwa yang berbeda. Itulah diriku saat ini. Saat ini? Kapankah sebenarnya saat ini? Ah, entahlah. Sang Waktu sudah terlalu jauh berlari hingga aku tak lagi peduli.
Aku terbiasa merasakan cinta, kasih sayang, kehangatan. Kugenggam dunia dalam tanganku. Kuperintahkan semesta berputar hanya untukku. Tapi itu dulu. Dulu sekali. Hingga Sang Waktu menampakkan seringai jahatnya. Menggambil segala hal yang aku punya, kugenggam. Sang Waktu menghempaskan aku di ruang yang sunyi, sepi, dingin, dan gelap. Tak lagi bisa kulihat kerlip bintang yang tersenyum. Matahari yang hangat menyapa. Rembulan yang setia membias keperakan di tengah gelapnya malam.
Duniaku runtuh. Hancur. Diluluhlantakkan Sang Waktu. Aku mencoba bangkit. Mengais puing-puing dari duniaku yang indah. Tapi Sang Waktu tak juga puas menyiksaku. Aku kembali terhempas. Duniaku tak lagi indah. Kini yang aku punya hanyalah dunia yang sepi dan hening.
Hening? Apa itu hening? Ah, entahlah. Aku tak peduli. Aku hanya tahu semua ini akan berakhir. Entah kapan. Tapi pasti berakhir. Suatu saat nanti Sang Waktu akan bosan bermain-main denganku.
Ya. Suatu saat nanti hidupku akan berakhir hingga Sang Waktu tak bisa lagi meninggalkan jejaknya. Aku hanya harus menunggu sampai saat itu tiba. Menunggu? Sudah berapa lamakah aku menunggu? Dan berapa lama lagikah aku harus menunggu? Entahlah. Aku juga tak mau peduli.
Sang Waktu terus saja berputar. Tapi aku sama sekali tak beranjak. Aku terbelenggu. Oleh sesuatu yang bahkan aku tak tahu. Aku hanya melihat seorang gadis kecil tersenyum setiap kali aku menoleh. Sedangkan di depan sana, yang kulihat hanyalah kegelapan.

No comments:

Post a Comment