Tuesday, June 2, 2009

Manohara Oh Manohara

Kebahagian yang dirasakan karena kepulangan Manohara Odelia Pinot kelihatannya bukan hanya milik Ibu Daisy Fajrina semata, tapi juga merupakan kebahagian seluruh bangsa ini karena setelah hampir tiga bulan penyekapan Mano di Kerajaan Kelantan Malaysia, masyarakat Indonesia menanti dengan harap-harap cemas kelanjutan nasib cewek cantik yang baru berusia tujuh belas tahun ini.
Sejak menikah dengan Tengku Fachry Agustus lalu, Mano hidup dalam siksaan secara fisik, mental, dan seksual. Setelah sempat kabur ke Indonesia, Mano kembali harus hidup terkurung setelah dijemput paksa di Jeddah. Sejak saat itu Ibu Daisy berlari kesana kemari demi memperjuangkan haknya untuk bertemu Mano, tapi malah dicekal dan tidak diperbolehkan masuk Malaysia.
Nasib Mano benar-benar tragis. Berharap bahagia, malah siksaan yang didapat. Tapi, senua itu sudah berakhir. Sekarang Mano sudah pulang, sudah bisa tidur nyenyak tanpa harus takut disuntik hormon atau disilet-silet ketika sedang tidur.
Aku sama sahabat-sahabat aku tidak habis membicarakan kasus ini kemarin. Ditambah lagi semua acara gossip dan berita di semua stasiun TV menayangkan detik-detik pembebasan Mano. Benar-benar nggak bosan melihat wajah cantik Mano yang tersenyum dan berteriak “I am Happy”. Dan kami juga nggak berhenti mengutuk perlakuan pihak Kerajaan yang memperlakukan Mano seperti boneka, seperti mainan, seperti yang dikatakan Mano.
Tapi kasus ini jelas belum akan selesai sampai di sini karena ini menyangkut perkara hukum. Bagaimanapun, siapapun Tengku Fachry, dia harus diadili atas tindakannya menyiksa Mano. Apalagi kabarnya pembebasan Mano melibatkan Kedutaan Amerika dan FBI. Ini merupakan bukti kuat kalau memang sudah terjadi ketidakadilan terhadap Mano.
So, janganlah lagi pihak Kerajaan menyangkal, dan mengatakan semua ini fitnah, hanya drama. Drama? Drama apa coba? Kalau Mano ingin mencari popularitas, tidak perlu melakuakn hal seperti ini. Dia termasuk satu dari seratus pesona Indonesia versi majalah terbitan Amerika. Sudah jelas jalan baginya menuju ketenaran terbentang lebar. Kalau itu belum cukup, gampang saja mencari popularitas di Indonesia. Belajar saja sama DP yang tahu benar caranya mencari sensasi. Nggak perlulah membuat hal-hal seperti ini.
Lagi pula bisa dilihat kalau Mano ini anak yang pintar, tidak akan dia menyia-nyiakan kebahagiaanya hanya untuk menciptakan drama, itu kalau memang dia bahagia. Kenyataannya dia tidak bahagia. Mana ada orang yang kabur dari suaminya kalau hidupnya bahagia. Iya, kan?! Kalau apa yang disampaikan Mano tentang Tengku Fachry adalah fitnah, lalu apa yang dilakukan pihak Kerajaan terhadap Ibu Daisy, menyebarkan berita bahwa dia menerima sejumlah uang dan apartemen disebut apa? Berita ini sudah dikonfirmasi dan jelas bohong. Jadi, siapa yang menyebarkan fitnah di sini? Bukankah sejak awal keinginan Ibu Daisy sangat sederhana, hanya ingin bertemu Mano? Kalau memang tidak ada apa-apa, kenapa keinginan itu begitu sulit dikabulkan?
Kasus Mano juga merupakan pembelajaran bagi KBRI di seluruh dunia dan merupakan cerminan betapa lemahnya perlindungan pemerintah Indonesia terhadap warganya. Birokrasi yang berbelit-belit hampir saja menggagalkan pembebasan Mano. Kalau saja Kedutaan Amerika tidak ikut bertindak, saat ini Mano mungkin masih belum bisa tertawa bahagia.
Mana bisa KBRI puas hanya dengan mendengar Mano baik-baik saja dari pihak Kerajaan? Itu jelas menunjukkan ketidakseriusan KBRI menanggapi laporan Ibu Daisy. Dan kasus ini bukan kasus pertama yang tidak bisa ditangani dengan baik oleh KBRI. Berapa banyak TKI yang teraniaya bahkan berujung kematian yang kasusnya tidak selesai? Banyak!!! Dan kalau kinerja KBRI masih begini-begini saja, sudah jelas kasus Mano ini bukanklah kasus yang terakhir. So, pemerintah harusnya lebih menunjukkan tagung jawab terharap rakyatnya.
Last, but not least. Selamat buat Mano. Semoga sejak saat ini Mano akan selalu bahagia. Amien. We love you, Mano!!!

No comments:

Post a Comment