Saturday, May 9, 2009

You Hurt Me So Much

Hari berganti hari. Bulan berganti bulan. Dan tahun berganti tahun. Waktu terus bergulir. The future is coming and the fast is left behind. Banyak hal yang menghilang. Banyak hal yang berubah. Tapi ada pula yang setia menemani.
Seperti juga perasaanku padamu. Bertahun-tahun aku mencoba melupakanmu. Menghapus semua perasaan yang singgah di hatiku. Menghapus bayangmu yang selalu menari-nari di benakku. Menghapus jejak kenangan yang kau tinggalkan di jalan hidupku.
Tapi semua itu tidak mudah. Benar-benar tidak semudah yang aku bayangkan.semakin aku mencoba melupakanmu, maka semakin sering bayangmu wajahmu hadir. Mengusik ketenangan batinku. Membawa kembali perasaan yang coba kutinggalkan. Mengorek kembali luka yang coba kusembuhkan.
Tapi, apa itu cinta? Masihkah itu cinta? Aku memang pernah mencintaimu. Sangat. Tapi masihkah? Aku memang tidak pernah dan tidak akan pernah benar-benar bisa melupakanmu. Tapi, benarkah karena cintaku terlalu dalam untukmu? Atau justru karena kamu terlalu dalam menyakitiku? Entahlah. Mungkin keduanya.
Berulang kali aku mencoba bangkit. Mencari kembali cinta yang hilang dalam hidupku. Tapi tak pernah bisa. Aku mencari kesempurnaan yang kutahu tidak akan pernah ada. Mungkin karena bukan itu yang sesungguhnya aku cari. Mungkin yang aku cari adalah dirimu. Dirimu yang berbentuk orang lain.
Kamu memang tidak sempurna. Bahkan jauh dari sempurna.tapi, pada hatimulah hatiku berlabuh. Maka kucari pelabuhan lain yang sepertimu. Tapi tak pernah kutemukan. Karena hanya ada satu orang sepertimu. Dirimu. Maka, di batas sadarku hanya kupercayakan hatiku pada hatimu.
Aku sakit. Sangat sakit. Hingga tak kumengerti arti sakit yang sebenarnya. Kamu menyakitiku lebih dari yang bisa kamu bayangkan. Tapi, aku tetap tak bisa mengambil kembali hatiku yang telah aku titipkan pada hatimu. Tak pernah bisa kuambil untuk kutitipkan pada orang lain yang mungkin lebih baik darimu. Tapi, benarkah karena aku masih sangat mencintaimu?
Lalu, apa arti cinta sebenarnya bagiku? Benarkah seperti apa yang aku rasakan padamu? Begitu banyak pertanyaan, tapi tak satupun jawaban yang kudapat.

Kenapa semua harus terjadi? Kenapa kamu tulis surat itu dan menghancurkan hatiku? Aku tak pernah berharap kamu akan menjadi milikku. Pun tak pernah kuminta dirimu untuk selalu ada di sisiku. Aku akan menyimpan rasa ini untukku sendiri jika memang hatimu bukan untukku.
Tapi kamu melakukannya juga. Menghancurkan hatiku dengan sepucuk surat yang bahkan sudah kulupa apa isinya, tapi dampaknya sangat dalam kurasakan hingga saat ini. Walau tak juga menghapus perasaanku padamu.
Perasaanku padamu menyiksa batinku setiap harinya. Membuat luka yang kamu tinggalkan tidak pernah bisa kering. Tapi aku tetap tidak bisa membencimu. Ataukah aku sudah membencimu? Benci dan cinta sudah menjadi kabur bagiku. Hingga tak bisa lagi kubedakan yang mana yang sesungguhnya kurasakan padamu.
Aku bukannya tak pernah mencoba meninggalkanmu. Aku berlari menjauh darimu. Sejauh mungkin hingga kamu tak terlihat lagi oleh mataku. Tapi semuanya sia-sia. Karena pada akhirnya hatikulah yang menghianatiku. Hatiku menginginkan kamu selama ada dalam ingatanku. Selalu kulihat dirimu tersenyum setiap kali kucoba membuka hati pada cinta yang baru. Hingga kututup lagi pintu hatiku yang hampir terbuka. Dalam batas sadarku, aku masih mengharapkanmu.
Tapi, apa yang sebenarnya kamu rasakan padaku? Setelah semua yang terjadi, benarkah kamu bisa mencintaiku? Setelah dengan kejam menyakitiku, benarkah hatimu terketuk untuk mencintaiku? Kenapa? Kenapa sangat terlambat? Berulang kali aku diyakinkan kalau kamu jatuh cinta padaku, tapi hatiku tak juga bisa mempercayainya.
Bila benar kamu mencintaiku, lalu apa yang harus kulakukan? Sesungguhnya hati ini masih mengharapkanmu. Tapi aku sangat terluka dan luka itu terus menghantuiku. Aku takut kamu menyakitiku lagi dan aku takkan sanggup menerimanya. Walau kamu selalu berusaha membuatku tertawa, walau kamu menyapu langit dari bintang-bintang hanya agar bisa memahat namaku di sana, bahkan walau aku sangat menginginkanmu, aku tak bisa menerimamu di sisiku. Because you hurt me so much.


September 2008
Bukankah bedanya cinta dan benci hanya setipis kulit ari? Terlalu membenci terkadang malah berubah menjadi cinta. Tapi...apakah terlalu mencinta juga bisa berubah menjadi benci?

No comments:

Post a Comment