Saturday, May 16, 2009

My Lovely Dad

Dear Papa,
Aku sungguh tidak mengira kebersamaan kita akan sesingkat ini. Padahal banyak hal yang sudah kita rencanakan bersama. Tadinya kupikir Papa akan bertahan lebih lama. Melihat aku tumbuh dewasa dan sukses. Karena aku belum bisa melakukan apapun untuk membalas budi pada Papa.
Tapi takdir berkata lain. Papa pergi. Pergi untuk selamanya. Meninggalkan aku. Sampai hari inipun aku belum percaya aku sudah kehilangan Papa, sahabat terbaikku. Orang yang selalu mendukungku. Sandaranku saat aku lelah. Tapi, aku ikhlas Papa pergi. Sungguh. Aku sayang Papa. Tuhanpun sayang Papa. Makanya Dia mengakhiri penderitaan panjang yang selama ini Papa pikul. Penderitaan yang memang hanya bisa diakhiri dengan kematian.
Tapi menjadi ikhlas nyatanya tak bisa mengurangi kesedihanku. Karena Papa adalah segalanya bagiku. Yang terbaik yang Tuhan beri padaku. Seperti pohon besar yang meneduhkan siapapun yang berdiri di bawah rindangnya. Tempat bersandar yang kokoh untuk siapapun yang merasa lelah.
Papa membuatku setegar batu karang. Mendidikku seperti laki-laki, sepertimu. Meskipun aku perempuan, tapi Papa mendidikku supaya tidak cengeng. Aku harus kuat, karena hanya orang kuatlah yang bisa bertahan. Aku banyak menjalani hukuman sepanjang masa kanak-kanakku. Tapi, satu hal yang membuat aku respek dan sayang sama Papa, tak sekalipun Papa memukulku. Sebesar apapun kesalaannku, Papa tidak pernah memukulku.
Tapi semuanya hanya tinggal kenangan. Kenangan indah yang terus berlalu bersama sang waktu. Walau tak akan pernah aku lupakan. Akan kusimpan semua kenangan ini bersama kenangan indah lain dalam memoriku. Yang akan terus mengingatkanku betapa besar rasa sayang Papa padaku.

Pa, bolehkah aku menagis? Jangan bersedih karenanya! Aku hanya ingin menangis. Melepaskan kesedihan yang masih tersisa di hatiku. Setelah semuanya hilang, aku janji aku akn berhenti menagisi kepergian Papa.
Aku hanya tidak bisa mengerti kenapa Papa harus pergi justru saat kita akan membangun kehidupan yang baru. Kehidupan yang lebih baik. Berkali-kali Papa bilang ingin pindah rumah. Dan itu terjadi. Sayangnya, Papa tidak bisa mengajakku serta. Karena Papa membangun rumah di Surga bukan di dunia. Aku tahu Tuhan pasti akan memberikan tempat yang terbaik untuk Papa. Karena Papa selalu mengingat-Nya dan berbuat baik pada sesama. Kita memang bukan orang berada, tapi Papa selalu bilang menjadi miskin bukan berarti tidak bisa memberi. Dan itu akan selalu aku ingat.
Dunia memang tetap menarik untuk dijelajahi. Dan aku akan benar-benar menjelajahinya suatu saat nanti, ketika tabungan keberanianku sudah cukup. Tapi semuanya tidak akan sama. Akan selalu ada ruang hampa yang kurasakan di dalam hatiku. Karena aku tahu tidak akan ada lagi Papa yang mengkritikku dan menunjukkan mana yang salah dan mana yang benar.
Tapi aku yakin semua ini adalah yang terbaik. Bagi Papa, juga bagiku. Jangan berat menginggalkanku, Pa! Karena masih banyak orang yang tulus menyayangiku, meskipun akun tahu tidak sebesar rasa sayang Papa padaku.
Aku akan mencoba tegar. Kokoh berdiri dengan kakiku. Walaupun kakiku mulai rapu dan bergetar, aku akan tetap berdiri. Suatu hari nanti aku pasti bisa membuat Papa bangga dan tersenyum di atas sana.
Tuhan sangat sayang padaku. Pada kita. Makanya Tuahn mengirim aku pada Papa. Untuk melengkapi hidup dan keinginan Papa. Membuatku belajar arti hidup yang sebenarnya sejak dini. Walau kebersamaan kita begitu singkat, tapi semua momen yang kita lalui sangat berarti bagiku.
Beristirahatlah dengan tenang, Pa. Dan semoga kelak kita akan bertemu lagi di surga. Bila Tuhan memang mengijinkan. Terima kasih untuk segala hal yang Papa berikan. Segala hal yang Papa ajarkan. Thanks for everything, My Lovely Dad...


November 2004
Untuk Papa di Surga
I love you, Dad. And will always do

1 comment:

  1. lin...crtna sdh bgt!!!

    kisah kamu n papa kamu yah???

    aq turut berduka cita yah???

    mOga papa kamu di terima di sisiNya,,,

    dan ngedapetin t4 yg layak di surga..,

    amiiinn...

    kip smile yah lin!!!

    (^-^)

    ReplyDelete