Saturday, April 25, 2009

Midnite Nitemare

Nyebelin, deh, masa pas malam Jumat kemarin aku bangun tepat jam dua belas malam. Benar-benar tepat jam dua belas. Karena saat itu jam dinding yang ditempatkan dengan sangat pintar dan strategis, tepat di dinding luar kamar aku, sama my lovely brother bunyi. Yah, harap diketahui kalau jam dinding itu model lama dan sudah ada di rumah sejak aku kecil. Suara dentangannya lumayan bikin orang yang nggak biasa kaget setengah mati. Nah sial buat aku, saat aku hitung jumlah dentangannya, ternyata waktu menunjukkan tepat pukul dua belas malam. Malam Jumat pula!
Tapi bukan itu yang bikin aku senewen setengah mati. Ada suara lain yang aku dengar. Aku nggak tahu suara apa, tapi yang pasti bukan suara yang biasa didengar saat malam. Semisal suara kodok atau tikus yang kerasak-kerusuk. Sesuatu seperti meja yang diketuk-ketuk. Suaranya juga berirama. Aku kira suara dari TV karena biasanya my Dad nyetel TV sampai larut. TV-nya sih nyala, tapi orangnya sudah berlayar ke negeri impian. Tapi pas aku cek, ternyata TV-nya mati. Dan suara itu juga tiba-tiba berhenti. Nyebelin nggak sih harus ngalamin yang kayak gini?! Padahal kepala aku sudah berat banget minta diistirahatin. Tapi gara-gara suara yang entah apa itu, aku baru bisa tidur satu jam kemudian.
Aneh juga kenapa aku bisa ngedenger suara-suara. Kayaknya sih memang cuma perasaan aku saja karena cape or something, gitu. Tapi tetap saja aneh. Biasanya aku memang suka jadi parno kalau sudah nonton film horor atau baca cerita seram atau ngomongin hal-hal yang kayak gitu. Ini karena pengalaman masa kecil yang membekas. Ceritanya, aku iseng baca cerita horor yang berasal dari kisah nyata. Ceritanya tentang dukun yang sudah tua tapi nggak bisa mati. Akhirnya dukun itu mati juga sih, tapi menurut ceritanya mayat dukun itu dikerubungi lalat hijau. Pokoknya scary, deh. Nah, malamnya aku nggak bisa tidur karena perasaan aku nggak enak banget. Kayaknya dukun itu ada di kamar aku. Karena aku bacanya memang di kamar. Aku merasa dukun itu berdiri di dekat dinding dan melototin aku. Padahal jelas di situ nggak ada siapa-siapa dan saat membaca cerita itu juga aku nggak takut-takut amat. Toh bacanya juga siang hari. Tapi waktu itu aku kalut banget. Aku sampai nangis dan ngetuk-ngetuk pintu kamar my parents supaya diizinin tidur sama mereka. Jam satu pagi!!!! Jelas my Mom marah dan akhirnya aku disuruh tidur di kamar lain. Anehnya, setelah aku pindah kamar, aku bisa tidur. Nggak ada sama sekali perasaan takut dan dukun itu ngilang gitu saja dari bayangan aku. Besoknya aku buang buku sialan itu keselokan. Tapi, aku belum berani tidur di kamar aku. Takut kalau dukun itu masih di sana dan belum hanyut bersama bukunya. Baru deh seminggu kemudian aku balik lagi ke kamarku. Konyol, ya?! Nah, sejak itu aku jadi suka parno kalau habis nonton film horor.
Tapi aku sudah lama nggak nonton film horor. Sudah lebih dari sebulan kayaknya. Yang ada, siangnya aku baru saja nonton Laskar Pelangi dan High School Musical 3. Kasian, deh, aku. Hari gini baru bisa nonton dua film itu. Yah, maklum, deh, aku kan tinggal di kota kecil yang nggak ada bioskopnya. Jadi kalau mau nonton film harus nunggu VCD-nya keluar. VCD bajakannya sih sudah lama beredar. Tapi aku trauma nonton yang bajakan. Ceritanya, aku ngebet banget pengin nonton Pirates Of Caribean 3, makanya aku belain-belain nonton yang bajakan. Ternyata si pembajak memang nggak niat banget bikin sesuatu yang bermutu. Gambar yang keambil cuma setengah layar. Jadinya malah pusing aku nonotonnya. Makanya aku nggak mau lagi nonton film bajakan.
Yah, walaupun kejadian malam Jumat itu nggak bikin aku trauma, tapi lumayan juga buat shock theraphy. Pasalnya, sang penunggu rumah memang pernah nunjukin dirinya ke aku. Walaupun, thanks God, cuma berupa bayangan dan siang hari pula. Jadi, akunya juga nggak terlalu gimana gitu...

No comments:

Post a Comment