Tuesday, August 25, 2009

Melupakanmu

Na

“Untuk terakhir kali, kulantunkan namamu bersama dengan hembusan nafasku. Lalu, aku akan pergi. Pergi dari cintamu selamanya”

Aku begitu mencintaimu, hingga aku lupa bagaimana seharusnya mencintai. Aku begitu merindukanmu, hingga aku lupa bagaimana seharusnya merindukan. Aku begitu mengharapkanmu, hingga aku lupa bagaimana seharusnya mengharapkan. Aku lupa bahwa ada hal yang tidak akan pernah bisa aku miliki walau aku sudah menunggu dengan sabar.

Perasaanku tak kusangka begitu dalam padamu. Hingga saat kau menutup pintu hatimu yang bahkan belum sempat aku ketuk, aku begitu terluka hingga tak dapat kumengerti apa arti luka yang sesungguhnya.

Kau melukaiku. Kau menyakitiku. Kau membuat aku menderita. Tapi entah kenapa begitu sulit bagiku melupakanmu. Meninggalkan cinta yang sudah hancur dan tersia-sia. Aku tak pernah bisa membencimu. Tak pernah bisa berpaling darimu. Tak pernah bisa berhenti mencintaimu.

Tapi, sudah terlalu lama cinta ini menyakitiku. Sudah terlalu lama rindu ini melukaiku. Maka, aku harus berhenti. Berhenti mencintaimu. Berhenti merindukanmu. Berhenti berharap kau dan aku akan berada dalam satu cerita yang sama.

Sejak awal aku sudah tahu kita memilih jalan yang berbeda. Tapi aku selalu berharap kau akan berhenti dan menoleh. Menyadari arti penting diriku bagimu, lalu kau akan berbalik dan mengejarku. Tapi itu tak pernah terjadi. Kau terus berjalan. Hanya aku yang masih terus termangu. Memandangi punggungmu yang kian menjauh.

Tapi semua itu kini telah usai. Perlu bertahun-tahun memang, hingga kusadari yang kupandangi hanyalah kehampaan. Terlalu bodoh memang, apa yang selama ini kulakukan. Tapi biarlah. Biarkan saja waktu yang tersia-sia menjadi pijakan hatiku. Menjadi keyakinan untukku bahwa cintaku padamu memang telah usai. Bahwa tidak akan lagi kubiarkan kau melukai hatiku. Bahwa tak akan pernah lagi kubuka pintu hatiku untuk cinta yang mungkin akan kau tawarkan.

Kini, kubiarkan cerita antara kau dan aku hanyut ke luasnya samudera kenangan. Kubiarkan cinta remaja ini mati tertelan usiaku yang semakin dewasa. Dan akan kubiarkan cinta yang lain mengetuk pintu hatiku. Cinta yang tulus dan tak menyakiti. Cinta yang memang untukku.

Maka aku tak akan lagi terluka oleh penantian. Tak akan lagi menderita karena pengharapan. Tak akan lagi tersiksa karena kerinduan. Dan tak akan lagi berkubang dalam penderitaan. Karena sudah kutetapkan hatiku untuk berhenti mencintaimu.

Ndaw

“Tak kan lagi kucari dirimu. Tak kan lagi kunanti cintamu. Biarlah semua hal tentangmu aku simpan dalam sebuah kotak kenangan yang kukubur jauh di dasar hatiku”

Perasaanku padamu menyiksa batinku setiap harinya. Membuat luka yang kau tinggalkan tak pernah bisa kering. Tapi entah mengapa begitu sulit bagiku melupakanmu. Begitu berat bagiku melepaskanmu pergi. Merelakan semua kenangan kita melebur menjadi abu.

Padahal kau begitu kejam menghapus jejak kenangan yang aku tinggalkan di hidupmu. Padahal kau begitu kejam membiarkan aku menangisimu. Padahal kau begitu kejam mengacuhkanku. Kau membisu. Terus membisu. Tapi kebisuanmu mengatakan segalanya.

Aku sunguh ingin kau tahu bahwa perasaanku padamu sungguh cinta. Bukan hanya keinginan untuk memiliki. Aku memang berharap memilikimu, tapi jika cinta lain yang kau pilih, maka akan kubiarkan kau berlari mengejarnya. Sungguh. Bukan seperti ini yang aku harapkan terjadi. Bukan kebisuanmu yang aku harapkan sebagai jawaban dari cintaku.

Kenapa? Apa salah kalau aku mencintaimu? Kenapa kau menjauh? Apa kau menganggap ini sebagai penghianatan atas persahabatan kita? Aku sungguh tak mengerti denganmu. Aku tak mengerti kenapa cinta yang aku rasakan padamu menjerumuskan aku ke dalam jurang penderitaan.

Tapi semua telah berlalu. Karena semua harus berakhir. Penderitaanku, harapanku, rinduku, rasa cintaku padamu, harus berakhir. Aku sudah dewasa sekarang. Maka sudah waktunya melepaskan cinta remaja yang tak pernah kugenggam. Sudah waktunya aku menyadari tahun-tahun yang tersia karena terus terbelenggu dalam mimpi tentangmu.

Karena ternyata, di batas sadarku aku sudah melupakanmu. Tapi, rasa sakit membuat hatiku terikat padamu walau hanya oleh benang yang teramat tipis. Maka inilah saatnya aku benar-benar memutuskan benang itu dan membiarkan kenangan tentangmu berlayar ke samudera dan terlupa.

Aku tak kuasa mengejarmu, maka sudah waktunya aku membiarkanmu pergi. Pergi dan berbahagialah. Dan kupastikan aku akan bahagia melihat kau bahagia. Hanya satu hal yang selalu akan kuharapkan. Kau akan menoleh dan menyadari aku masih menunggumu. Sebagai sahabat. Maka, tersenyumlah bila kita bertemu di ujung mimpi. Agar semua sesal akan hilang jika kita berpisah di ujung waktu.

Uwie

“Jika cintamu tak kan pernah bisa kugenggam, maka akan kubiarkan dia pergi mencari pelabuhan yang memang untuknya. Dan akan kucari pelabuhan lain untuk cintaku berlabuh”

Aku tak pernah mengerti apa yang kau rasakan padaku. Bila itu adalah cinta, mengapa tak pernah kau ungkapkan? Bila itu hanya pertemanan, kenapa ada getar lain yang kurasakan dari perhatianmu? Getaran yang sama yang aku rasakan padamu.

Haruskah kukatakan aku cinta padamu? Tak bisa. Aku tak sanggup. Tak kan pernah sanggup mengatakannya. Aku berharap kaulah yang mengatakannya lebih dulu. Aku menunggu. Akan terus menunggu jika kau memang butuh waktu untuk mengerti perasaanmu sendiri. Tapi kau mengecewakanku. Sangat membuatku kecewa.

Kau datang padaku dengan membawa kisah-kisah cintamu yang lain. Kisah-kisah cinta dimana aku tak pernah ada di dalamnya. Kau menceritakan semua kisah itu seolah aku hanya temanmu. Seolah tak pernah kurasakan getaran hatimu dan tak pernah kau rasakan getaran hatiku. Ataukah memang kau tak merasakan getaran hatiku? Dan tak tahukah kau aku merasakan getaran hatimu? Setelah apa yang terjadi di antara kita, aku yakin kau tahu. Tapi aku sungguh tidak mengerti dengan dirimu yang seperti ini.

Yang aku tahu hatiku begitu sakit menerima kenyataan ini. Kenyataan bahwa kau bisa mengerti aku. Kau bisa membaca isi hatiku. tapi tak peduli perasaanku. Kenapa harus kau ceritakan kisah cintamu padaku? Sementara aku menunggumu menarikku masuk ke dalam hidupmu. Menunggumu mengenggam tanganku agar kita bisa membuat kisah cinta bersama. Kisah cinta yang sama. Dimana ada kau dan aku di dalamnya.

Tapi segalanya harus usai, kan?! Jika memang kau tak bisa menetapkan hatimu untukku, maka akupun harus memutuskan untuk berhenti menunggumu. Jika cintamu memang tak kan pernah berlabuh di hatiku, maka akupun harus mencari hati yang lain untuk cintaku berlabuh.

Dengan begitu aku akan bisa mengakhiri kisah yang memang tak pernah dimulai ini. Dengan begitu aku akan bisa mengakhiri penderitaan ini dan memulai kisahku sendiri. Dan dengan begitu aku akan bisa melupakanmu. Selamanya.

Good Bye, My Love...

No comments:

Post a Comment